Hi, Kembali aku akan menceritakan pengalamanku di sekolahku. Mungkin
Anda sudah melihat cerita bokep SCHOOL LOVERS milikku. Kali ini aku akan
menceritakan pengalamanku yang tak kalah menarik dengan cerita itu.
Namaku Alex. Aku sekolah di salah satu SMU terkemuka di Semarang.
Dua
bulan setelah aku menikmati threesome-ku bersama Fanny dan Christina,
aku menambah lagi daftar cewek yang pernah bercinta denganku. Ketika
itu, sekolahku sedang mengikuti persiapan untuk lomba basket HEXOS Cup.
Sebagai pemain inti tentu saja aku mengikuti program latihan yang
diberikan oleh pelatih. Kami diharuskan menginap di sekolah untuk suatu
latihan. Yah, terpaksa aku menginap juga di sekolah. Ternyata yang
menginap tidak hanya tim basket putra tetapi juga tim basket putri.
Dalam hati aku bersorak gembira karena di tim basket putri di sekolahku
terdapat banyak cewek cantik. Apalagi pakaian tim cewek memang sangat
sexy. Memang mereka bisa main basket, cuma yang bisa bermain bagus hanya
satu atau dua orang saja. Aku datang ke sekolah pukul 16:00 WIB.
Setelah menaruh tasku di kelas, aku segera bergabung dengan
teman-temanku.
Saat itu langit masih agak terang, sehingga aku
masih bisa bermain di lapangan basket yang outdoor. Latihan berjalan
seperti biasa. Pemanasan, latihan lay-up dan permainan. Seperti biasa,
putra dan putri dicampur. Jadi di satu tim terdapat 3 cowok dan 2 cewek.
Aku main seperti biasa tidak terlalu ngotot. Saat itu tim lawan sedang
menekan timku. Vinna sedang melakukan jump shoot, aku berusaha
menghalanginya dengan melakukan blocking. Namun usahaku gagal, tanganku
justru menyentuh bagian terlarangnya. Aku benar-benar tidak bermaksud
menyentuh dadanya. Memang dadanya tidak terlalu besar namun setelah
menyentuhnya kurasakan payudaranya sangat kenyal. Lalu aku meminta maaf
kepadanya. Vinna pun menerima maafku dengan wajah agak merah. Setelah
itu giliran timku melakukan serangan. Lagi-lagi aku berhadapan dengan
Vinna. Aku berusaha menerobos defend dari Vinna. Namun tak sengaja aku
menjatuhkan Vinna dan aku dikenai personal foul. Aku mencoba membantu
Vinna berdiri. Kulihat kakinya berdarah, lalu kutawarkan untuk
mengantarkannya membesihkan luka itu. Vinna pun menerima ajakanku. Kami
pun berjalan menuju ke ruang guru yang jaraknya memang agak jauh dengan
lapangan basket. Vinna berjalan tertatih-tatih, maka kubantu ia bejalan.
Saat itu sekolahku sudah kosong semua, hanya tinggal kami tim basket
dan karyawan sekolah.
Sesampainya di ruang guru, aku segera
mengambil peralatan P3K. Kubasahi luka di paha kiri Vinna dengan
perlahan. Sesekali Vinna mendesah kesakitan. Setelah kucuci lukanya,
kuberi obat merah dan kuperban kakinya. Saat menangani lukanya, baru
kusadari bahwa Vinna juga memiliki kaki yang menurutku sangat sexy.
Kakinya sangat panjang dan mulus. Apalagi dia hanya mengenakan celana
pendek. Kuarahkan pandanganku ke atas. Dadanya tidak terlalu besar,
namun cukuplah bagi cewek berusia 16 tahun. Oh ya.. Vinna berusia 16
tahun, rambutnya lurus panjang sebahu, kulitnya putih mulus, dia Chinese
sepertiku. Tingginya 172 cm dan beratnya kira-kira 50 kg.
Tiba-tiba kudengar erangan Vinna yang membangunkanku dari lamunanku.
"Ada apa Vin?" kutanya dia dengan lembut.
"Kakiku rasanya sakit banget." jawabnya.
"Di mana Vin?" tanyaku dengan agak panik.
"Di sekitar lukaku.."
Kupegang
daerah di sekitar lukanya dan mulai memijatnya. Penisku lama-lama
bangun apalagi mendengar desahan Vinna. Tampaknya ini hanya taktik Vinna
untuk mendekatiku. Aku pun tak bisa berpikir jernih lagi. Segera saja
kulumat bibir Vinna yang indah itu. Vinna pun tak mencoba melepaskan
diri. Ia sangat menikmati ciumanku. Perlahan, Vinna pun membalas
ciumanku. Tanganku mulai merambah ke daerah dadanya. Kuraba dadanya dari
luar bajunya yang basah oleh keringat. Vinna semakin terangsang. Kucoba
membuka bajunya, namun aku tidak ingin buru-buru. Kuhentikan
seranganku. Vinna yang sudah terangsang agak kaget dengan sikapku. Namun
aku menjelaskan bahwa aku tak ingin terburu-buru dan Vinna pun dapat
memahami alasanku walaupun ia merasa sangat kecewa. Kemudian aku
membantunya kembali ke lapangan. Sebelum kembali ke lapangan aku mencium
mulutnya sekali lagi. Kami pun berjanji untuk bertemu di ruang kelas IB
setelah latihan selesai. Dalam hati aku berjanji bahwa aku harus
merasakan kenikmatan tubuhnya. Sisa latihan malam itu pun kulakukan
dengan separuh hati.
Setelah latihan, kami semua mandi dan
beristirahat. Kesempatan bebas itulah yang kami gunakan untuk bertemu.
Di ruang kelas itu kami saling mengobrol dengan bebas. Aku pun tahu
bahwa Vinna belum pernah memiliki pacar sebelumnya dan kurasa dia
menaruh hati padaku. Perasaanku padanya biasa-biasa saja. Namun mendapat
kesempatan ini aku pun tak ingin melewatkannya. Kami pun mengobrol
dengan santai. Vinna pun bermanja-manja denganku. Kepalanya disandarkan
ke bahuku dan aku pun membelai rambutnya yang wangi itu. Entah siapa
yang memulai, kami saling berpagutan satu sama lain. Bibirnya yang
hangat telah menempel dengan bibirku. Lidah kami pun saling beradu.
Kuarahkan ciumanku ke bawah. Kupagut lehernya dengan lembut sehingga
Vinna mendesah. Tanganku mulai aktif melancarkan serangan ke dada Vinna.
Kurasakan payuda** Vinna mulai mengeras. Kusingkap T-Shirt pink
miliknya dan terlihatlah payuda** Vinna terbungkus Triumph 32B. Ketika
aku akan melancarkan seranganku, Vinna tiba-tiba melarang. Kali ini dia
yang belum siap. Rupanya ia ingin melakukannya secara utuh denganku di
suatu tempat yang pantas. Aku pun memahami maksudnya. Akhirnya kami
hanya berciuman saja.
Keesokan harinya, kami kembali melakukan
latihan basket. Namun Vinna hanya melakukan latihan ringan saja. Pukul
13:00 kami boleh pulang ke rumah masing-masing. Kutawarkan tumpangan
kepada Vinna. Aku memang membawa mobil sendiri ke sekolah. Kuantarkan ke
rumahnya di sebuah jalan besar. Sesampainya di sana, aku diajaknya
masuk ke rumahnya. Aku tahu bahwa Vinna tidak tinggal bersama orang
tuanya. Orang tuanya terlalu sibuk mengurus bisnis mereka. Vinna memang
anak orang kaya. Pertama-tama aku minta ijin memakai kamar mandinya
untuk mandi sejenak. Setelah selesai, aku menunggu di kamarnya. Kamarnya
cukup luas. Suasananya pun cukup enak. Aku kini mengerti mengapa Vinna
tak ingin melakukannya di kelas. Vinna juga sedang mandi rupanya. Memang
cewek kalau mandi itu agak lama.
Tak lama, Vinna keluar dari
kamar mandi dengan mengenakan T-Shirt Hello Kitty berwarna biru muda
dengan celana pendek. Lalu kami pun berbincang-bincang. Aku pun memuji
kecantikannya. Setelah agak lama berbincang, kami saling memandang dan
kami pun mulai berciuman. Ciuman kali ini sangat kunikmati. Kuraba
dengan lembut payuda** Vinna. Kemudian kubuka baju Vinna dan terlihatlah
BH hitam membungkus payuda** yang sangat indah. Aku termenung sejenak
lalu mulai melepas pakaianku dan ...
...pakaiannya. Aku sudah
telanjang sedangkan Vinna masih mengenakan pakaian dalam berwarna hitam.
Kulanjutkan ciumanku di dada Vinna. Vinna melenguh perlahan menikmati
perlakuanku.
Perlahan-lahan kuarahkan mulutku di antara dua
belahan pahanya yang mulus. Lalu kusentuh permukaan celana dalamnya yang
sexy dengan ujung lidahku. Badan Vinna seperti mengejang perlahan.
Kuliarkan lidahku di celana dalamnya. Vinna pun mendesah nikmat karena
lidahku mengenai klistorisnya. Kulepas BH dan CD-nya hingga tampaklah
sesosok tubuh yang sangat indah dan proporsional. Tubuhnya tak kalah
dibandingkan Fanny maupun Christina (baca: SCHOOL LOVERS).
Kembali
aku mempermainkan buah dadanya. Buah dadanya sudah mulai menegang dan
bentuknya pun menjadi sangat indah walaupun tidak besar. Kugigit-gigit
lembut putingnya yang menegang keras. Kuturunkan ciumanku ke arah
rambut-rambut halus yang tertata rapi di bagian bawah tubuhnya. Kucium
harum khas kemaluan Vinna. Kujulurkan lidahku masuk ke dalam belahan
kemaluannya dan berusaha menemukan klistorisnya. Ketika kutemukan daging
kecil itu, Vinna mengeluarkan desahan-desahan yang sangat merangsang
diriku. Aku semakin bergairah untuk merasakan sempitnya kemaluannya.
Kemaluannya terus kulumat dengan lidahku. Tak lama kemudian, kurasakan
kepalaku dijepit oleh kedua belah paha Vinna. Badan Vinna mulai
mengejang, melonjak dan melengkungkan tubuhnya sesaat. Vinna telah
mencapai orgasme pertamanya bersamaku. Kubiarkan ia menikmati gelombang
orgasme pertamanya selama beberapa menit dengan terus memainkan lidahku
dengan lembut di daerah sensitifnya. Kemudian Vinna terbaring lemas
karena gelombang orgasme yang telah melandanya tadi. Ia sangat menikmati
orgasme nya tadi.
Memahami kebutuhanku, Vinna kembali aktif.
Vinna meraih batang kemaluanku dan menyentuhkan lidahnya ke kepala
penisku. Kurasakan hisapannya masih malu-malu. Tapi terus kumotivasi dia
dengan ucapan-ucapan kotor. Dan usahaku berhasil. Lama-lama Vinna tidak
lagi merasa canggung. Hisapannya mulai membuatku mendesah. Ukuran mulut
Vinna pas sekali dengan lebar penisku. Jadi kenikmatan yang kudapat
sangatlah nikmat. Aku pun tak mau diam. Kuraih kedua paha Vinna dan
kubenamkan kepalaku diantaranya. Sehingga kami membentuk sikap 69.
Rangsangan-rangsangan yang telah menjalari tubuh kami berdua rupanya
sudah semakin hebat dan tak dapat ditahan lagi. Vinna bergulir ke
sampingku, memutar posisi tubuhnya sehingga kami dapat berciuman
sejenak.
Aku bertanya, "Vin, aku masukkan ya?" Dengan lemah,
Vinna pun menganggukkan kepala. Kubaringkan tubuhnya ke ranjang,
kuangkat kedua belah tungkainya yang muluh ke bahuku. Kuarahkan kepala
kemaluanku menuju ke arah kemaluannya. Lalu kumasukkan kepalanya dahulu
ke dalam milik Vinna. Rupanya kemaluan Vinna sangat sempit. Tidak dapat
kumasuki. Vinna mendesah kesakitan sambil melonjak ketika aku mencoba
menekannya. Sebenarnya aku senang mendapat vagina yang begitu sempit.
Namun aku sangat kesulitan memasukkannya. Aku sudah sangat bersusah
payah melakukannya. Aku sangat berhati-hati dalam melakukannya, karena
aku tak mau menyakiti Vinna. Aku merasa kasihan pada Vinna. Vinna
terpaksa harus menahan gejolak nafsu dalam dirinya karena hal ini.
Wajahnya terlihat sangat menderita. Terpaksa kuambil jalan pintas.
Kumasukkan sekali lagi kepala kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Vinna
dan kudorong sekuat tenaga, namun gagal. Justru aku kesakitan sendiri.
Vinna pun menjerit kesakitan. Kucoba menenangkannya sebentar. Lalu
kucoba lagi.
Setalh 5 menit akhirnya berhasil. Penisku ternyata
dapat masuk seluruhnya ke dalam milik Vinna. Dapat dikatakan sangat pas.
Kurasa milik Vinna sangat dalam, karena dari semua cewek yang pernah ML
denganku, vaginanya tak ada yang dapat menampung milikku. Paling-paling
hanya 3/4-nya. Mungkin karena Vinna itu tinggi sehingga vaginanya juga
dalam.
Setelah masuk semua, kudiamkan beberapa saat agar Vinna
terbiasa. Lalu penisku mulai kutekan-tekankan perlahan-lahan. Vinna
masih mendesah kesakitan. Walau penisku dapat masuk semuanya tapi ini
sangat terasa sempit. Lama-lama kugerakkan agak cepat. Vinna sudah dapat
mengikuti permainanku. Ia sudah dapat mendesah nikmat. Klistorisnya
tergesek terus oleh milikku. Setelah agak lama, kuganti posisi. Aku
berada terlentang di ranjang dan Vinna berada di atasku menghadap ke
arahku. Dengan posisi ini, Vinna dapat mengatur sendiri kecepatan
penisku. Vinna menggerakkan sendiri pantatnya. Aku pun menaikkan
pantatku saat Vinna menurunkan pantatnya. Tanganku pun berada di kedua
bukit kembarnya. Sensasi ini sungguh luar biasa. Vinna sangat menikmati
permainan ini. Vinna mendesah lantang dan ia bergerak semakin seru
setiap kali kejantananku menghantam ujung rahimnya. Gerakan kami berdua
semakin cepat dan semakin melelahkan, sampai akhirnya Vinna mengejang
dan membusurkan badannya kembali. Gelombang orgasme kedua telah
melandanya. Ia tampak masih berusaha meneruskan gerakan-gerakan naik
turunnya untuk memperlama waktu orgasmenya yang kedua sebelum akhirnya
merebahkan tubuhnya yang lemas di atas tubuhku dan terdiam untuk
beberapa saat. Tubuhnya bermandikan keringat. Aku menatap wajahnya yang
menunjukan rasa bahagia.
Setelah memulihkan tenaga sesaat.
Kembali aku melakukan permainan. Kali ini doggy style. Kubimbing ia pada
posisi itu. Aku berdiri di belakangnya dan menusukkan penisku ke dalam
miliknya. Kugerakkan penisku perlahan, namun lama-lama semakin cepat.
Vinna berulangkali mendesah sambil mengucapkan kata-kata kotor yang tak
dapat kubayangkan mampu keluar dari mulut gadis cantik seperti dia.
Sampai akhirnya aku merasakan spermaku sudah mengumpul di penisku.
Kukatakan padanya aku hampir orgasme. Dia pun hampir orgasme. Kupercepat
laju penisku di dalam vaginanya. Kubuat agar Vinna keluar terlebih
dahulu. Vinna pun meraih orgasmenya yang ketiga. Kubiarkan penisku di
dalam vaginanya untuk menambah sensasi baginya, walau aku harus
mati-matian menahan laju spermaku agar tidak muntah di dalam. Kemudian,
kucabut penisku dan kumasukkan dalam mulutnya. Spermaku ternyata tidak
mau keluar. Vinna pun berinisiatif mengulum penisku. Tak lama kemudian,
spermaku muncrat di dalam mulutnya. Spermaku keluar banyak sekali. Vinna
kaget, namun ia segera menelannya. Kami diam sesaat. "Vin, kamu masih
kuat untuk main lagi?" tanyaku nakal. "Tentu donk.." jawabnya mesra.
Vinna memang memiliki stamina yang kuat. Walaupun tubuhnya telah basah
oleh peluh keringat, ia masih belum capai.
Setelah penisku
kembali tegang, aku duduk dan Vinna duduk di atasku. Kumasukkan kembali
penisku ke dalam vaginanya. Kali ini sudah tidak sesulit tadi walaupun
masih agak rapat. Kugoyangkan pantatnya untuk meraih kenikmatan.
Kugesek-gesek klistorisnya dengan penisku. Vinna kembali bergairah
menyambutnya. Lalu ...
...kucoba menusukkan penisku keras-keras.
Rasanya sungguh luar biasa. Vinna sangat menyukai tusukan itu. Ketika
spermaku sudah mengumpul lagi, aku berganti posisi. Vinna kutidurkan
terlentang lalu aku tengkurap di atasnya. Kugerakkan pantatku naik turun
dengan cepat. Namun Vinna kurang menyukai posisi ini. Kuanjurkan dia
untuk tengkurap di atas ranjang dan aku di atasnya. Seperti kura-kura
saling menumpang. Kumasukkan penisku ke dalam liang kenikmatannya. Vinna
kembali merasakan rasa puas. Kugerakkan penisku dengan cepat. Vinna
akhirnya keluar juga untuk yang keempat kalinya. Aku pun mengeluarkan
spermaku lagi di kedua belah dadanya. Kami pun tertidur selama beberapa
jam. Ketika aku bangun, jam sudah menunjukkan pukul 19:30. Aku pun
mencoba bangkit dari ranjang. Vinna pun terbangun. Saat itulah Vinna
mengungkapkan perasaannya padaku. Kuterima cintanya dengan tulus. Kami
pun berpacaran. Setelah 5 bulan berpacaran, kami pun putus dengan
baik-baik. Tapi aku tetap menyukainya. Vin, di mana pun kamu, kalau kau
membaca cerita ini. Ingatlah selalu kepadaku!