watch sexy videos at nza-vids!
Koleksi Cerita Bokep | Cerita Dewasa

Welcome to Cerita Bokep | Cerita Sex | Cerita Dewasa

*
3GP Bokep 2013-Gambar bugil

Cerita Bokep Ny Diary: Aku dan Fenny
"Nama saya Fenny pak... Mohon bimbingannya...", seorang gadis berparas cantik memperkenalkan diri kepadaku. Dia adalah anggota baru di tempat usahaku, aku menyuruh Satorman memanggilnya untuk menghadapku di ruangan ini. "Silahkan duduk, jangan sungkan... Di sini semua sudah seperti keluarga...", balasku agar Fenny tidak canggung menghadapku. "Selamat bergabung ya Fen... Sorry agak telat, soalnya kemarin saya ke luar negeri...", sambil berjabat tangan dengannya aku memberikan senyum. Fenny pun membalas senyumku dengan senyumannya yang begitu manis. Aku sangat terkagum dengan anggota baru ini, maklumlah karena dia satu-satunya gadis oriental di tempat usahaku. Sedangkan tiga gadis lain yang bekerja di sini adalah kenalanku sejak dahulu di bangku SMP, mereka adalah Ayu, Lisa, dan Widya, mereka gadis lokal yang sudah sering aku pakai sejak SMP, maklum saja kalau aku sudah cukup bosan dengan mereka.

"Gimana pendapat Fenny setelah beberapa hari di sini?", tanyaku. "Sepi pak, selama masuk, Fenny baru dapat satu konsumen...", jawab Fenny yang tugasnya juga sama dengan gadis lainnya, pemijat plus-plus. "Tapi, teman-teman akrab kok pak...", lanjut Fenny sambil tersenyum. Yah, wajar saja pikirku dalam hati, teman-teman cowok pasti mem-"plonco"-nya dulu. Satorman dan lainnya pasti sudah mendahuluiku, tidak apalah pikirku, nanti malam aku mau coba ini barang baru. Setelah pulang dari Singapura, aku sedikit capek, dan kehilangan semangat karena mengetahui Agnes telah menikah lagi, harapanku sudah musnah, sebaiknya aku fokus pada usahaku saja pikirku dalam hati. "Nanti malam temani saya jalan ya Fen...", ajakku. "Iya pak...", jawab Fenny tidak berani menolak.

Tidak banyak berbincang, kemudian Fenny pun keluar dari ruanganku. Aku duduk bersandar sambil berpikir bingung kenapa Fenny yang masih muda dan berwajah cantik itu mau sampai bekerja di sini. Aku tidak berani bertanya langsung, takut ia tersinggung, mungkin di waktu yang tepat Fenny mau menceritakannya. "Gimana keadaan bawah man?", tanyaku melalui telepon yang menyambung ke lantai bawah. "Sepi bos, usaha kita belum begitu dikenal, paling-paling ya malam baru ada konsumen...", jawab Satorman. Mendengar di malam hari lebih ramai, aku tidak mau mengganggu kegiatan usahaku, maka aku kembali menyuruh Satorman menyiapkan mobil, karena aku mau membawa Fenny keliling. "Siapin mobil man, terus minta Fenny tunggu, aku mau dia temani aku makan...", perintahku. "Oke bos...", jawab Satorman.

Aku pun turun dari lantai tiga hingga ke bawah, Fenny sudah menunggu di dekat parkiran mobil. Sedangkan tiga gadis lainnya seperti sedikit iri kepada Fenny, "Kita beli makan, nanti sama-sama makan di sini aja...", ku coba menghibur gadis lainnya, terutama si Ayu, dia memang dulu sangat dekat denganku, bahkan pernah nyatakan cinta padaku, namun aku menolaknya karena aku tidak ada sedikitpun perasaan cinta kepadanya. "Mau kemana kita pak?", tanya Fenny. "Beli keperluan pesta malam ini...", aku menjawab begini agar teman-teman lain senang, mereka paling suka berpesta.

Dalam perjalanan ku bertanya pada Fenny, "Sudah makan Fen?", "Belum pak, tapi masih kenyang...", jawabnya mungkin tidak enak. "Ah, jangan malu-malu Fen... Emang tadi makan apa bisa kenyang?", tanyaku yang membuat Fenny terdiam. "Sudah, ikut saya cari makan yuk...", ajakku. Fenny yang duduk di sebelah ku terlihat gugup, entah apa yang dirasakannya.

Aku sengaja membawanya ke restoran yang bersebelahan dengan sebuah hotel. Aku pikir Fenny juga bekerja sebagai wanita penghibur, kalau aku ajak dia pasti tidak menolak, hanya saja aku ingin menguras informasinya dulu. Kami pun memesan makanan sambil berbincang-bincang. Benar dugaanku, dengan pendekataan seperti ini, dia jadi lebih terbuka. Ternyata orangtua Fenny tersangkut utang piutang yang cukup besar, ayahnya seorang penjudi dan ingin menjualnya ke mucikari, tapi ibu Fenny menyelamatkannya. Kini ibu Fenny yang telah dijual ayahnya, Fenny harus mencari uang dengan cepat agar ibunya bisa dibebaskan. Mendengar ceritanya aku menjadi sedikit tergugah. Teganya seorang suami sampai menjual anak dan istri. Aku pun menenangkan Fenny dan berjanji akan membantunya semampuku. Fenny menolak, ia bilang ini masalah keluarganya. "Jangan sungkan Fen, anggap saja kamu pinjam dulu, nanti potong dari penghasilanmu saja...", bujukku agar Fenny menyetujuinya. Hutang orang tuanya hampir 500 juta, tentu saja aku tidak mau sia-sia mengucurkan uang sebanyak itu, Fenny yang cantik adalah aset berharga di tempat pijit plus-plus ku.

Sesuai rencana, setelah makan, aku mengajaknya check in di hotel sebelah, Fenny tidak menolak, bahkan ia memastikan kembali tawaranku tadi. "Kalau pak Herman mau menolongku, aku berjanji akan mengabdi seumur hidup pada pak Herman...", kata Fenny. "Ah, jangan segitu... Nanti setelah ini, kita bereskan masalahmu...", jawabku. Fenny terlihat gembira, aku yakin dia akan men-service-ku dengan sangat baik.

Sampai dikamar yang kami pesan, aku langsung masuk kamar mandi untuk menyegarkan badan terlebih dahulu. "Fenny juga mau mandi... Sama-sama aja ya pak?...", ajak Fenny. Mendengar ajakannya itu tentu saja aku tidak menolak, barang bagus seperti ini tidak akan aku sia-sia kan. Tanpa malu, layaknya suami istri, kamipun melepaskan pakaian kami hingga bugil tanpa sehelai benangpun.

Sungguh indah pemandangan di depan mata, tubuh Fenny mulus, putih sekali, seperti bersinar-sinar, wanginya harum sangat menggoda, cuma sayang payudaranya sedikit kecil, mungkin boleh dimaklumi dengan usianya yang baru saja matang. Melihatnya aku kembali teringat dengan Agnes, perawakan mereka hampir sama, cantik dan putih, hanya saja Fenny lebih muda dan posturnya agak tinggi. Ah, masa bodoh, pikirku, toh Agnes sudah bahagia di sana. Aku dan Fenny pun masuk ke kamar mandi bersama-sama. Ku nyalakan shower lalu ku ambil sabun cair. "Biar Fenny saja pak...", Fenny langsung merebut sabun cair itu dari tanganku.

Kami berdua pun basah di bawah guyuran shower. Fenny mulai mengusapkan sabun cair itu ke tubuhku. Penisku yang sedari tadi sudah mengeras, sangat tidak tahan lagi. Sentuhan jemari lentik Fenny sangat merangsangku, menyentuh manja di dadaku, perutku, pahaku, hingga bokongku. Aroma tubuhnya membuatku tidak tahan, ku peluk erat tubuhnya hingga dada kami bersentuhan, cukup hangat, ku ciumi bibirnya sambil meremas pantatnya. Fenny membalas dengan kecupan kecil, entah apa yang dia rasakan sekarang, namun sekilas ku lihat dia seperti meneteskan air mata, karena matanya memerah, aku takut dia terpaksa melakukan semua ini. Hingga akhirnya aku melepaskan bibirku dari bibirnya, aku menolaknya dan aku bilang, "Yuk, pulang...". Aku sedikit tidak tega dengannya.

Tapi bukannya membiarkan aku keluar dari kamar mandi, Fenny malah kembali menarik tanganku, kini gantian dia yang memelukku, bibirku dilumatnya dengan penuh nafsu, dan kini pantatku malah yang diremasnya. Ciuman liar terus terjadi antar kedua bibir kami, hingga ia melepaskan remasannya di bokongku dan menuju penisku. Fenny kemudian berlutut, dengan guyuran air shower, ia memainkan penisku dengan lembut, dibelainya dengan jemari lentiknya kemudian dikocok perlahan dan kadang di masukkan ke mulutnya. Oh, sungguh nikmat hari ini, Fenny sepertinya sudah profesional dalam hal ini. Dijilatinya kemaluanku itu dengan penuh perasaan, dikulumnya dan disedotnya tanpa ampun. Aku bergelinjang ke-enakan hingga hampir mencapai puncaknya, ku tarik wajah Fenny menjauh dari penisku. Karena aku tidak mau cepat menghabiskan waktu yang nikmat ini, maka aku menariknya untuk berdiri. Ku remas susu nya yang putih bersih itu. Ku sedot putingnya, hmm, lezat sekali, susu abg yang masih segar, tidak sia-sia mempekerjakan gadis seperti ini.

Kanan kiri ku nikmati, seperti tanpa bosannya aku terus bergantian menyedoti susunya. Fenny juga tidak dia begitu saja, ia terus menjulurkan tangannya ke bawah untuk memainkan penisku. Sengaja ku cupang kulitnya yang putih hingga membekas tanda merah. Sesekali juga ku cubit dan tarik puting susu nya yang merah muda. Hingga berjam-jam diguyur air shower, kami tidak merasakan dingin sama sekali.

Ku turunkan tanganku ke arah vaginanya, ku coba terobos liang vaginanya itu dengan jari telunjukku. Vaginanya sangat singset, air shower yang membasahi kami mempermudahku menerobos vaginanya, ku kocok jariku di dalam liang vaginanya, hingga Fenny merintih, "Argh... Oh...". Ku tarik tusuk terus jadiku di vaginanya, tak cukup satu jari, ku tambahkan jari tengahku untuk memberikan Fenny sebuah kenikmatan. Kocokan bermenit-menit membuat tanganku sedikit pegal, hingga aku memintanya duduk di lantai kamar mandi agar aku lebih mudah memasukkan tanganku.

Fenny pun duduk mengangkang, aku hentikan kocokanku itu, aku berjongkong dan mencoba menciumi vaginanya itu. Hmm, ini yang bisa dibilang 'maknyoss', vagina Fenny yang bulunya masih jarang itu sangatlah harum, seperti sangat terawat. Kuciumi dan kujilati vaginanya itu hingga Fenny merintih kegelian. Kujilat sela-sela vaginanya hingga ke atas di mana klitorisnya terus ku mainkan. Aku yakin Fenny pasti menikmati ini. Ku kocok liang vaginanya dengan lidahku, hingga Fenny menolak wajahku, "Geli pak, Fenny gak tahan lagi..." kata Fenng yang kegelian sambil meremas susu nya sendiri.

Aku kemudian mengantinya dengan jariku, kutusukkan dua jariku ke vagina Fenny yang sudah sangat basah. Ku kocok-kocok hingga ku rasa seperti dalam vaginanya dipenuhi air yang terus bergejolak, ku percepat iramaku hingga Fenny bergelinjang dan akhirnya ia mengeluarkan cairan lendirnya, cukup banyak hingga muncrat ke tanganku.

Fenny pun kemudian menarik wajahku untuk menciumi bibirku, sambil ia berbisik, "Asyik pak...", Fenny telah mencapai orgasme, kini giliran ia yang harus melayaniku. Setelah puas menciumi bibirku, ia beralih menciumi leherku, turun ke dada, hingga ke perutku. Tidak ia lewatkan menciumin puting susuku, geli sekali, aku belum pernah disedot, sehingga ini adalah sensasi yang sangat menarik. Hingga Fenny turun menciumi penisku kembali, kocokan tangan dan mulutnya pada penisku sangat membuatku melayang, hingga ku cengkram erat rambutnya agar ia tidak berhenti menyepongku.

Aku sudah tidak tahan, sehingga aku menghentikan sepongan Fenny, kemudian kutarik Fenny berdiri dan aku menuntunnya ke arah bathtub. Aku dan Fenny masuk ke bathtube yang cukup besar itu, aku baring bersandar, dan kemudian Fenny duduk di atasku. Perlahan ia mengarahkan penisnya masuk ke vaginanya, sambil aku membuka kran untuk membasahi bathtub yang kering ini. Dengan gaya WOT, Fenny terus mengocok penisku dengan vaginanya. Air mulai meninggi hingga suara percikan air yang menghantam karena goyangan Fenny sangat kuat terdengar. Aku masih terus meremas susu nya yang menggemaskan itu, sesekali aku menarik putingnya dan memutarnya.

Kini suara desahan kenikmatan Fenny lebih jelas terdengar mengalahkan suara percikan air. "Oh... Oh... Nikmat pakk..." desahan Fenny yang dengan merem melek. Ku peluk tubuhnya lalu ku balik kini giliran aku yang bertindak. Fenny bersandar ke pinggir bathtub dan aku pun mulai menggoyang tubuhnya, air sudah penuh hingga luber keluar, showerpun kami arahkan ke bathtube sehingga kami bermain cinta dalam bathtub penuh air dan diguyur air shower. Dingin-dingin nikmat, aku terus mengoyangnya hingga air seperti ombak di pantai yang begitu besar. Sinar-sinar bintik air yang di wajah Fenny sungguh indah, rambutnya basah, ia terlihat sangat segar, aku seperti sedang bercinta dengan seorang bidadari.

Aku mulai merasa di puncak, sebentar lagi aku akan berejakulasi, kupelankan iramaku untuk menahan penisku menyemburkan spermanya. Kutarik keluar lalu ku peluk tubuh Fenny, sangat hangat, kuciumi bibirnya yang manis itu dengan penuh nafsu. Sambil meraba susunya dengan tangan kiriku, tangan kananku pun tak mau mengecewakan Fenny, kukocok vagina Fenny dengan jari-jari tangan kananku. Fenny merespon dengan kembali mengocok penisku dengan jemarinya. Waduh, padahal aku ingin mengistirahatkan penisku agar tidak segera berejakulasi. Tapi tidak apalah, lagian Fenny adalah karyawanku, kapan saja aku perlu, ia pasti akan melayaniku, itu pikirku. Kemudian aku berdiri dan menyuruhnya menyepong penisku. Karena sedari tadi aku sudah menahan puncak kenikmatan, tak lama lari menyepong penisku, akhirnya Fenny merasakan cairan spermaku di tenggorokannya. Fenny terlihat kewalahan menerima semprotan spermaku yang cukup banyak hingga ia tak mampu menampungnya di mulut. Apalagi penisku yang ku biarkan masih dalam mulut Fenny, ku cengkram kepalanya agar ia tidak melepaskan sepongannya, hingga dengan leluasa cairan spermaku menjelajah hingga ke kerongkongannya. Walaupun ada sedikit sisa-sisa sperma yang lumer keluar dari mulutnya, Fenny mencoba membersihkan dengan lidahnya, bahkan sisa-sisa di penisku, Fenny menjilatinya seakan tidak mau ada yang tersisa.

Nikmat sekali, aku puas dengan permainan kali ini, dapat gadis cantik yang memberikan pelayanan cukup baik padaku. Aku kemudian kembali memeluknya dan mengocok vaginanya hingga ia pun mencapai tahap ejakulasi. Fenny tersenyum manja dan menciumi bibirku. Kami kembali bangkit dan keluar dari bathtub, kami menyabuni diri kami dan segera menyudahi mandi kami.

"Yuk pulang Fen...", ajakku setelah kami selesai mandi dan mengenakan kembali pakaian kami. Kami pun keluar dari hotel, dalam perjalanan ku telpon Satorman untuk membantuku mengurus hutang-hutang orang tua Fenny. Fenny mendengarnya dengan jelas dan ia sangat berterima kasih padaku. Hingga ia meneteskan air mata dan berjanji akan mengabdi padaku selamanya. Aku kemudian membawanya ke swalayan dekat hotel, kami berbelanja untuk pesta nanti malam di tempat usahaku, seperti biasa aku selalu menyupport teman-temanku agar mereka lebih akrab
*
2013 Cerita Bokep

- small.php?c=gray